dinas-peternakan-kabupaten-sorong

Selasa, 20 Desember 2016

Hasil Program Inseminasi Buatan di Kabupaten Sorong

Hasil IB di Kabupaten Sorong ( Sapi simental dan leumosin)



.

Program Inseminasi Buatan (IB) sapi potong dibeberapa lokasi di Kabupaten Sorong
 Provinsi Papua Barat melalui Dinas Peternakan Kabupaten Sorong, mulai menampakkan 
hasil nyata yang dapat dirasakan oleh para peternak yaitu meningkatnya produktivitas
 sapi potong.
 Sebelum teknologi IB sistem perkawinan dilakukan melalui kawin alam. Sistem kawin alam ini apabila tidak dilakukan pengaturan pejantan yang dipergunakan sebagai pemacek maka akan terjadi perkawinan sedarah/inbreeding. Perkawinan inbreeding akan berdampak pada penurunan mutu genetik ternak. Kejadian inbreeding sapi potong di Kabupaten Sorong telah nampak oleh karena itu diperlukan satu usaha perbaikan produktivitas sapi potong salah satunya dengan cara melakukan sistem perkawinan melalui IB. 
Program IB, merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik ternak. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan  mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Teknologi IB digunakan untuk tujuan peningkatan produksi (budidaya), dan produktivitas (pembibitan).
 Program IB Sapi Potong di Kabupaten Sorong masih terbilang rendah, dan pada umumnya masih menggunakan kawin alam. Rendahnya penerapan IB ini dikarenakan sistem pemeliharaan masih semi intensif, jumlah petugas IB dan sarana pendukung seperti jumlah kontainer, N2 cair, pos IB masih terbatas.
            Harapan kedepan  Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong dapat mengfasilitasi kegiatan  program IB di Kab. Sorong berupa pengadaan sarana pendukung, peningkatan SDM (petugas IB) dan penyelenggaraan  kegiatan kontes dan pameran hasil ternak IB. dengan harapan  mampu mendorong dan memberi motivasi kepada peternak untuk pengembangan IB sapi potong di Kab. Sorong.

diberdayakan oleh bloghger  ******



Rabu, 23 November 2016

Kegiatan STUDY BANDING Dinas Peternakan Kab.Sorong






Sebanyak Tiga belas orang Pegawai Dinas Peternakan  Kabupaten Sorong yang dipimpin oleh Kepala Dinas Peternakan Kab. Sorong Ir. Maritje Wattimena pada tanggal 15 November  2016 berkunjung ke Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, yang di lanjutkan dengan kunjungan ke lokasi Peternakan yaitu UPT, (Poskeswan, pembibitan ternak sapi/ayam), RPH/R, RPH/U,  kelompok tani terpadu, dan Pusat pengembangan ternak sapi. Terdapat (pengolahan limbah, pengolahan pakan ternak), dan dilanjutkan dengan kunjungan ke Rumah sakit hewan.  kunjungan dilaksanakan dalam rangka study banding dengan tujuan umum yaitu : mewujudkan pencapaian program pembangunan peternakan melalui Swasembada daging di Kabupaten Sorong dan mengembangkan Usaha Agribisnis yang berdaya saing. Melalui program  peningkatan pengetahuan dan ketrampilan Aparatur.   Rombongan diterima oleh  Kepala Kepala Dinas yang di wakili oleh Kepala Bidang Peternakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kunjungan semacam ini sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak, jalinan komunikasi dan silaturahmi antar daerah menjadi semakin erat, mengurangi kesenjangan tugas pokok dan fungsi dinas yang dimiliki.  saling bertukar pengalaman dan pikiran dalam hal Perencanaan pembangunan baik  Organisasi dan Sumber Daya Manusia guna memajukan pembangunan peternakan di wilayahnya. Selain itu, setiap kunjungan  dapat dipastikan  berdampak positif terhadap sektor lain seperti pariwisata dan UMKM atau industry kecil lainnya, sisa waktu   dimanfaatkan untuk mengujungi objek objak wisata yang ada dan tentunya juga akan membelanjakan sebagian hartanya guna membeli cindera mata maupun makanan/jajanan khas daerah yang dikunjunginya. Salah satu Objek wisata Kabupetn Bogor yang  telah dikunjungi adalah Kawasan kebun raya bogor.
 Dengan melaksanakan kunjungan ke daerah lain maka wawasan berfikir dan semanagat kerja pegawai akan semakin meningkat sebanding dengan peningkatan produktifitas kerja pegawai




Minggu, 06 November 2016

MENYEMBELIH HEWAN SECARA SYARIAT ISLAM


Ini Alasannya menyembelih hewan secara syariat Islam





Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University , sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?

Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG).

Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.

Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.

Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.

Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.

Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati.
Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb:

Penyembelihan Menurut Syariat Islam

Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:
Pertama:
pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.

Kedua:
pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.

Ketiga:
setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol).
Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).

Keempat:
karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.

Penyembelihan Cara Barat

Pertama:
segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit.
Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).

Kedua:
segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).

Ketiga:
grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal.

Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.

Keempat:
karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia.

Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.


Bukan Ekspresi Rasa Sakit!

Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit!
Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya!

Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang menganga lebar…!

Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit.
Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras).
Mengapa demikian?
Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara ilmiah ternyata penyembelihan secara syariat Islam ternyata lebih ‘berperikehewanan’. Apalagi ditambah dengan anjuran untuk menajamkan pisau untuk mengurangi rasa sakit hewan sembelihan.

“Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu. Maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya.” (H.R. Muslim).


REFERENSI
http://www.iccservices.org.uk/downloads/reports/stunning_issues__definitions_reasons_humaneness.pdf
http://www.iupui.edu/~msaiupui/slaugteringanimals.htm
http://www.scribd.com/doc/61577430/Summary-Report-From-Hanover-University-Prof-Schulze-and-Dr-Hazim
http://chickoorganic.com/penyembelihan-hewan-sesuai-syariat-islam/

Kamis, 27 Oktober 2016

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua Barat Berikan Bantuan Sarana dan Prasarana Alat/mesin.










DINAS Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua Barat  memberikan bantuan pada 3 kelompok tani ternak. (Kel. tani makmur, tani maju dan rukun tani) Di Kel. Makbalim Dis. Mayamuk Kab. Sorong. sarana dan prasarana ini untuk pengembangan budidaya ternak sapi, yang diberikan yakni berupa 2 unit kendaraan angkutan bermotor roda tiga, dan 2 mesin pencacah rumput (Chooper).  Selain memberikan bantuan sarana dan prasarana ini, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Papua Barat yang dalam hal ini diwakili oleh Kabid PSP Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua Barat,  Arif Haryanto. S.pt berharap agar sarana yang diberikan bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Dalam kesempatan itu juga, pihaknya memberikan sosialisasi yang salah satunya agar sarana yang diberikan kepada para peternak
sapi dapat memanfaatkan bahan–bahan organik dan alami yang banyak tersedia di kabupaten Sorong. Seperti dedak dan masih banyak lagi. Dengan adanya bantuan yang kita berikan ini masyarakat bisa mengolah atau membuat pakan sendiri.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan
Prov..Papua Barat mengatakan, selain merupakan kegiatan sosialisasi serta pemberian bantuan, kegiatan tersebut juga merupakan upaya dukungan upaya pengembangan ternak sapi potong,  Menurutnya, dengan adanya bantuan ini, kita berharap bisa menjawab keluhan masyarakat tentang sarana prasaran pembuatan pakan. Dengan adanya bantuan alat-alat ini juga diharapkan para peternak lebih bisa maksimal melakukan pengembangan ternak sapi  demi meningkatrnya perekonomian di Prov.Papua Barat terutama di Wilayah Kabupaten Sorong.



by feby*****



google-site-verification: google4c3b771e7479b15c.html